Thursday, August 6

CerpenKu #1

Pink Biru
Written by : Yunika Khairina aka Ina (:


Matahari begitu menyengat jagat raya- membuatku semakin tertangkap jelas oleh mata. Aku berada di antara tangan para penggemarku yang sedang memujiku. Yaa, Aku memang selalu terlihat menggemaskan. Karena kata mereka- Aku sangat manis dan romantis. Aku, pun mengakuinya.
Perlu kalian tahu, Aku juga mempunyai saingan disini. Dia juga mempunyai banyak penggemar, sama sepertiku. Huh, entah apa yang di eluhkan darinya. Menyebalkan sekali karena Aku selalu dipasangkan dengannya. Setiap hal itu terjadi- yah, Aku hanya bisa diam.
***
" Aku pengen yang itu! " anak kecil itu menunjuk cepat ke arahku. Tanpa berpikir panjang majikanku yang ber- name tag Vivi langsung menunjukkanku padanya.
" Tapi Aku cuma mau yang pink! " anak kecil itu menatapku bulat-bulat, lalu mengganti pandangannya. Pandangannya kali ini agak berbeda.
" Adik, yang ini memang sudah dipasangkan. Jadi nggak bisa dilepas lagi, sayang.." Vivi mengelus kepalanya lembut, sama seperti saat Ia mengelapku dengan kain impor nya. Namun anak kecil itu tetap bersikeras, sampai Vivi kewalahan memberitahunya. Akhirnyaa! Aku akan dilepaskan darinya. Aku bebaas! Yuhuuuy!



" Kesya, kita cari yang lain saja, ya, sayang..?" Akhirnya mama Kesya membujuk putri bungsunya itu- setelah sebelumnya Vivi menjelaskan panjang lebar bahwa kami memang tidak dapat dipisahkan. Kesya menangis. Dengan senyum sumringah Vivi mengantarkan mereka sampai di ambang pintu. Ia kembali masuk setelah dilihatnya Ibu dan anak itu menghilang.
Aku kesal sekali.
Sudah kuduga, Vivi kembali menghampiri kami. Dieratkannya pita kecil yang menyatukanku dengan-nya. Aku mendesah pelan.
" Kalian sangat manis. Terima kasih, ya telah membuat tokoku menjadi laris." Vivi memberikan senyum termanisnya dan meletakkan kami ke tempat semula.
Sebenarnya Aku tetap tak habis pikir, mengapa di toko ini hanya ada dua warna? Walaupun di berbagai sudut Aku melihat berbagai variasi bentuk yang tak terhitung jumlahnya, tetapi tetap saja dikemas dalam dua warna yang sama.
Pink dan Biru.
***
Kalau saja Aku hidup, akan kubuktikan bahwa Aku sangat menyayanginya. Tapi Aku tak bisa melawan takdirku sebagai benda mati. Karena dengan seperti ini lah, Aku bisa berjumpa dengannya...
Kalau diceritakan, perjalananku sampai membuat Aku tinggal bersama Vivi tidak terlalu panjang. Vivi adalah anak tunggal rekan kerja Ressa, majikanku dulu. Hubungan Ressa dan Vivi dalam berbisnis sangat dekat, membuat mereka kelihatan sangat ‘cocok’ di mata para pelanggannya. Ressa tergolong pebisnis muda yang sukses, sedang Vivi terkenal sangat gigih dan jelita. Akhirnya, mereka pun menikah.
Sebenarnya Aku sudah tahu asal-usul toko yang di buka Ressa. Awal dari warna toko dan isinya yang sengaja dibuat dua warna saja merupakan ide berlian Vivi. Vivi selalu membuat inovasi baru dalam mengembangkan bisnisnya. Dan saat itulah Vivi memasangkanku dengannya.
Aku bisa merasakan kebahagiannya saat anak kecil itu hanya ingin memilikinya, mendengar teriakannya saat kami selalu dipasangkan dalam tempat yang sama, dan ringisannya saat Aku juga di puji-puji oleh para pengemarku. Aku begitu memperhatikanmu.
Vivi membuka pintu toko untuk kesekian kalinya. Lalu Ia tersenyum, seperti yang biasa Ia lakukan pada seluruh pengunjungnya. Lain denganku. Aku mendelik hebat. Bukankah itu Ibu dan anak tadi? Aku mulai khawatir.
Mata anak itu sangat melekat ke arahku. Bibirnya yang merah dibulatkannya, Lalu dikempiskannya lagi. Begitulah seterusnya. Membuat lesung pipinya terlihat jelas.
Imajinasiku bermain hebat. Kupikir hidupku sudah di ujung tanduk- dan Aku belum bisa menyatakan perasaanku padanya. Anak kecil itu terus melihatku. Dia pasti akan menyampakkanku, memecahkanku, dan Aku takkan pernah ada lagi untuk selamanya. Tidak, tidak!
“ Kesyaaa! ”
Tangan kecil itu siap meghantamnya. Aku mempererat tubuhku dengannya. Tangisannya terdengar jelas olehku. Tarikannya sangat kuat, membuatku tak bisa menahan simpulan pita yang mengaitkan kami. Dengan sigap dia menjulangkan tangannya ke atas. Kenapa dia tidak membunuhku? Padahal dia terlihat begitu membenciku! Apa yang harus Aku lakukan?
***
Bayangan sosok pemuda di balik kaca Innova itu terlihat jelas. Tanpa mengulur waktu, langsung Ia meminggirkan Innova nya, membuka pintu belakang untuk mengambil sebuah kotak berwarna, lalu menutupnya kembali-hingga akhirnya Ia berlari kecil menghampiri sang bidadari.
Aku tersenyum menatap kebersamaan mereka. Menatap indah canda tawa dan menghirup kebahagian mereka..
Apa Aku menyesal..?
***
Kau selalu bernyanyi di pangkal hari, menggombalku dengan seribu puisimu, dan tak jemu kau tersenyum di penghujung hari, setelah kau dengar cemoohku setiap waktu. Sudah lama Aku tidak mereguknya lagi. Di saat dia selalu ingin berdekatan denganku, di saat Aku dipasangkan dengannya, di saat dia pergi ketika menyelamatkanku… Aku sangat malu, menyesal. Tapi untuk apa lagi. Kini dia pergi. Semoga tidak untuk selamanya. Tapi sekali lagi, dia telah pergi..
***
Kotak berwarna itu seakan perhiasan di mata Vivi. Ukurannya tidak terlalu kecil, juga besar. Aku kira itu hadiah dari ulang tahun pernikahan mereka? Atau bahkan surprise ulang tahun Vivi?
Senyumnya semakin lebar. Matanya berbinar. Jari-jarinya telah berhasil membuka kotak manis itu. Dan beberapa kotak mungil dari dalamnya langsung tertumpuk rapi di atas meja. Vivi mulai membuka salah satunya.
Perlahan Vivi mengeluarkan benda yang dipuja-pujanya itu. Kotak mungil lainnya pun begitu. Ressa turut membantu. Tiba-tiba Vivi mengangkat benda itu tinggi-tinggi, dan mengecupnya. Pantulan senja dari balik etalase menghalang pandanganku untuk melihat.
Suara tapak high heels nya nyaring terdengar. Semakin lama, semakin jelas. Vivi tepat berdiri di depanku.
“ Sayaang, kekasihmu telah datang!”
***
Kasus yang sama juga terjadi pada teman-temanku yang lain. Aku baru mendapat pelajarannya, Aku tidak harus merasa sedih jika Ia memang pergi untuk selamanya. Kesya tidak hanya ‘mengambilnya’, tapi mengambil teman-temanku yang lain juga. Wajar saja Vivi menangis ketika mendapatkan mereka lagi. Vivi terlalu menyayangi kami.
Semua menyatu dan saling merasakan. Ressa menyemprotkan aroma theraphy ke seantero ruangan. Sekejap toko minimalis itu terlihat semerbak, mewah dan rapih. Ressa dan Vivi selalu bercanda tawa di sepanjang pekerjaannya. Mereka sangat serasi pikirku.
Aku tersipu malu.. Hari ini Aku memang sangat cantik. Seperti biasa, penggemarku kembali memperebutkanku. Selain Vivi memang setia untuk selalu merawatku, juga menyambut kembalinya teman-temanku.
Dibawah rembulan yang terang dan jarum jam semakin bergerak kencang. Jantungku, pun bergetar hebat. Tidak ada rasa penat. Aku berdebar lagi. Dan jarum semakin cepat, Aku semakin sesak menahannya.
Pipiku merona merah. Biru telah menyatakan perasaannya padaku…
***
“ Wah, ya ampun cantik banget, deh..!”
Kami tersenyum. Lain dengan Vivi– juga Ressa yang belum siap berpisah dengan kami. Aku dan Biru tersenyum hangat untuk mereka. Aku menangis sesaat.
Di kemas dalam wadah yang transparan membuat kami semakin menyatu. Oh ya, ternyata toko ini memang sengaja di buat dua warna saja. Ini merupakan trik Vivi untuk menarik perhatian pengunjungnya, karena walau dengan dua warna mereka bisa membuat kreasi bentuk yang berbeda tiap harinya. Biru yang memberitahuku.
Sepasang anak muda telah membeli kami dengan harga professional. Beberapa kali mereka saling merangkul.
“ Pink itu kamu, dan Biru ini Aku!”

No comments:

Post a Comment